Sunday, January 25, 2004

dari Prof. Iskandar Alisjahbana

From: "estananto" <estananto@y...>
Date: Sun Jan 25, 2004 10:01 am
Subject: "Development as Freedom" ; "Affirmative Action" ; "Need of Achievement Training"


--- In IA-ITB@yahoogroups.com, "Iskandar Alisjahbana"
wrote:
Ibu Hera,
tolong print, lalu dikirim satu kopi ke Ibu Megawati di ITB-Pusat.

Yth Sdr. Bambang Winarto, dan Kawan2 lainnya!

Nenek Moyang Manusia2 Kepulauan Indonesia semua berasal dari
Cina/Asia Daratan.
Jadi sebetulnya semua Pribumi Indonesia adalah Non-Pribumi yang
pertama yang berada di Indonesia. Jadi memang semua manusia itu
sama, dan berasal dari satu, Yaitu ciptaan Tuhan YME, yangsampai
sekarang belum selesai seluruh ciptaannya! Dan mempunyai hak sama
untuk mengembangkan diri masing2. Seperti yang dikatakan oleh Nobel-
prize winner Amarthya Sen: DEVELOPMENT AS FREEDOM.

Bagaimana atau dengan cara apa manusia berkembang, atau
melakukan development-nya? Yaitu dengan cara (Ahli Philosophie
bukan ahli Ekonomi) Adam Smith: "Dengan berkompetisi & berkoperasi
di Lapangan-(bola) yang rata beserta Wasit yang adil" Syarat
lainnya adalah supaya pihak2 yang dipertandingkan adalah kira2 dari
kelas kemahiran (modal-pertama) yang kira2 sama, sehingga kedua
belah pihak dengan seimbang akan berusaha mengeluarkan/mengembangkan
kemahiran, bakat, strategi dan penemuan2-baru masing2, demi
memenangkan pertandingan. Selama bertanding itu keduabelah pihak
berkembang. Itu sebabnya pertandingan2 harus berkesinambungan atau
sering dilakukan.

Mahasiswa-muda Siswono & Muslimin Nasution, pada 10 Mei 1963
merasa bahwa "pertandingan utk berkembang dilapangan bola yang
semestinya rata" adalah tidak rata dan tidak adil. Non-Pribumi
mahasiswa ITB punya motor dan lebih kaya dari Pribumi, bisa beli
buku apa saja dan bisa pindah kelas cepat, utk merebut tempat duduk
yang terbaik. Terjadilah pembakaran motor2 dan adu-jotos dilapangan
Basket ITB pada tgl 10 Mei 1963.

Terbukti "Racial Riots" semacam ini terjadi di Malaysia,
Philipina, Thailand, dll, terhadap Non-Pribumi Cina, dan juga
terjadi di banyak negeri2 di Afrika, terhadap Non-Pribumi India,
kira2 setiap 20 tahun. Ini yang ditulis oleh Prof. Dr. Amy Chua,
gurubesar-ekonomi di Amerika, dalam bukunya "WORLD ON FIRE". Amy
Chua sendiri juga pernah mengalami "run amok"(atau mengamuknya)
pribumi Philipina, sebelum ia pindah ke Amerika.
Menurut Amy Chua, Pribumi mengamuk karena merasa tidak adil
perkembangan yang telah terjadi. Non-Pribumi merupakan suatu
kelompok "Market Dominant Minorities", yang berjumlah hanya
minoritas(10%), tetapi menguasai secara dominan Pasar(80%). Karena
semua manusia itu diciptakan berbakat kira2 sama oleh Tuhan, jelas
ini terjadi karena rumus/pelaksanaan pengaturan Pasar Adam Smith itu
dilakukan oleh penjajah sebelumnya(atau oleh Suharto dlm masa OrBa),
tidak adil dan tidak fair. Kalau pengaturan-nya adil dan sesuai
dengan Adam Smith, maka paling2 10% Non-Pribumi bolehlah menguasai
20-30% Pasar dan 90% Pribumi hanya mengusai 80-70% Pasar. Ini
mungkin masih adil dimata para Pribumi. Ini yang menjadi tujuan &
tugas ITB sambil memajukan Ekonomi Indonesia.

Ini yang dipikirkan oleh Kampus ITB, segera sesudah
kejadian "run Amok" 10 Mei 1963, supaya mahasiswa tidak hanya
mengejar titel Ir & Dr di ITB, tetapi juga mengejar Knowledge utk
menjadi kaya(empunya=mempunyai kapital=kapitalis), sekaligus mampu
membuat lapangan-pekerjaan. Dengan bantuan DirUt BDN, kita datangkan
seorang Gurubesar dalam "Need of Achievement", yang juga mempunyai
pengalaman di USA, melatih Negro2 & Indian2 menjadi lebih sederajat
dengan masyarakat-kulit putih USA. Ini yang dinamakan di
Amerika "AFFIRMATIVE ACTION".

Ini juga telah dilakukan oleh Mahathir Mohammad di Malaysia,
sehingga kira2, (60%) Bumiputra yang hanya menguasai 15% Pasar,
dibina menjadi (60%)Bumiputra dapat menguasai 35% aktifitas Pasar.
Jadi Mahathir Mohammad hanya berhasil mengubah Non-Pribumi Malaysia
yang sebelumnya "Market Dominant Minorities" menjadi "Market Less-
Dominant Minorities". Ini rupa2nya sudah cukup untuk tidak
terjadinya run-Amok atau racial Riots pada masa krisis 1998 yang
lalu. Kawan kita Christianto Wibisono (penulis Kompas seperti Arif
Budiman)menjadi salah satu korban run-Amok nya pribumi Indonesia.

Jadi ITB(meskipun tidak ada persetujuan/bantuan dari pem.
Suharto) dengan mengadakan Entrpreneurship-training dengan Need-of-
Achievement training pada thn 70-an, juga telah mengadakan semacam
AFFIRMATIVE ACTION PROGRAM, tetapi tanpa bantuan Modal seperti
Mahathir Mohammad.

Pendirian2 perusahaan PT.Glasstronics, PT. Soiliens, PT. RFC ,
PT. Arsitektur2 dan PT2 Seniman2, dan banyak lainnya, (meskipun ITB
belum menjadi BHMN,) adalah praktikum/demonstrasi terbuka bagi
mahasiswa ITB, bagaimana Pribumi juga bisa menjadi pengusaha-kaya
seperti Non-Pribumi. Terbukti hasilnya cukup baik. Coba lihat
Wirausahawan2 Alumni ITB kita. Siswono, yang secara patriot meminta
maaf kepada mahasiswa non-pribumi yang kena pukul atau motornya
terbakar pada thn 1963, telah berhasil menjadi Pengusaha-
Bangunan/Kapitalis Pribumi yang tangguh dan dapat meliwati krisis
1998. Alumni Arifin Panigoro telah mampu menghasilkan minyak lebih
banyak dari Pertamina, tanpa dibantu proses Swastanisasi seperti di
Rusia. Dan banyak contoh2 lainnya.
Jadi ITB berusaha membuat "Market Dominant Minorities"
menjadi "Market Non-Dominant Minorities"(atau Market Less Dominant
Minorities), tampa membunuh atau merampok pengusaha/perusahaan Non-
pribumi, tetapi dengan menemukan/mengembangkan bakat2 manusia
Pribumi dan membangun Perusahaan2 Pribumi. Hanya dengan keadaan
Market Non-Dominant atau Less-Dominant Minorities, pembangunan
Ekonomi suatu negara dapat terlaksana. Terutama karena tidak adanya
dendam ethnis, semua pembangunan dapat dilakukan secara damai dan
tekun, tampa gejolak2 yang menghambat atau memundurkan kembali
pembangunan sebelumnya.
ITB is going in the right direction !!!!

Sementara waktu sekian dahulu. Tolong kritik dan komentar.
(iskandar alisjahbana)

No comments: