Wednesday, January 12, 2005

Puisi Pak Ismoyo

Berikut ini puisi pak Ismoyo Haryanto, yang sedang melakukan penelitian dalam program Doktor dalam bidang ilmu penerbangan di Technische Universität München. Puisi ini dibuat menjelang Pemilu Presiden 2004.

--- In pengajian-pm3@yahoogroups.com, "ismoyo2001"
wrote:
KALKULASI

Bapak petinggi partai, Pak Ustadz dan Pak Kyai
lewat koran lewat majalah engkau ajari kami
tentang menang-kalah tentang kalkulasi
tentang cara agar rezim terhenti
"Bekas panglima jawabnya !"
„Dialah Umar", kata engkau pula,
„yang bertobat dan berbaiat
buat islam buat dakwah agama, maka dukunglah
agar kursi khalifah tidak lepas dari kita".

„Jika dia pemimpinnya", kata yang lainnya,
„dakwah kita kan mengalir leluasa,
ke para menteri juga tentara
kita kan kuat jamaah kan sentosa".

„Eh, he… eh…", cengir anak muda petinggi partai
yang dulu bersama riburibu temannya menggelayuti
gedung tempurung di tengah kota
ada juga seorang ksatria serta
bahkan jauh hari sendiri berkabung nyawa
"Reformasi .. reformasi .. reformasi..", gemuruh suara waktu itu
mengusik sidratul muntaha hingga Allah berkenan
mengambil kembali tahta penguasa sepanjang jaman
"Setelah ane fikir", kata anak muda petinggi partai itu kini,
"sang bekas panglima juga masuk kriteria,
malah dia satusatunya yang bisa
melibas tuntas penguasa kenes yang bikin gemas".
kata ustadz setengah baya lain lagi,
"Sang ksatria memang brani jujur teruji
tapi kita butuh pendukung butuh suara
sedang dia tak punya, untuk apa ?"
"Apalagi", dengan gugup anak muda anggauta majlis menyela
"akidah sang ksatria tlah rusak sirna
ketika slamat natal mulut berkata
pula lihatlah anak istrinya,
sungguh beda dengan sang bekas panglima".

berderet kata masih tersisa
bahkan dikaislah sampah mencari hujjah maka
tak lagi beda landasan dan sumpah serapah
"Ksatria harus tahu diri!", seru mereka
"Majulah maju bekas panglima!", teriak mereka

Bapak petinggi partai, Pak Ustadz dan Pak Kyai
kenapa engkau hanya ajari kami
tentang menang-kalah tentang kalkulasi
sedang di negeri kita kepercayaan tlah sirna kejujuran
tlah musnah bagai dinosauria ?
jika menang kalah tujuan semata
buat apa moral buat apa agama
pula bukankah ke-umar-an bekas panglima cuma presepsi
sedang kejujuran ksatria bukti teruji ?
lalu jika kita pilih penguasa cuma
demi daerah demi jamaah
buat apa kita bangun negri susah payah ?

Ya Murobi,
jika semua itu betul terjadi
selamat datang kami ucap
di belantara tanpa tepi
di mana moral cuma aksesori sebab
kuasa kepentingan adalah cita-cita abadi

(USH04 )

1 comment:

Unknown said...

Salut bwt Pak Ismoyo
Hebat...

setuju pak, tapi kondisi dunia memang sudah begini...
jika kita mau mengubah dunia, maka kita harus mengubah generasi penerus kita...
Syukur-syukur boten tambah ajur...
cz.. dunia memang fatamorgana yang indah...