Monday, April 26, 2004

Kota Jakarta

From: "estananto" <estananto@y...>
Date: Mon Apr 26, 2004 10:19 am
Subject: Re: Kota Jakarta (Was : Crazy Idea)


Dear netters,

Kalau boleh nimbrung lagi:
Ide pemindahan ibukota ke Kalimantan Tengah tidaklah cukup. Harus ada pembagian lebih lanjut, meliputi ibukota politik dan ibukota ekonomi, untuk menghindari tumpang tindihnya masalah yang diakibatkan dua aktivitas besar nasional itu.
Jakarta mungkin tadinya hanya dimaksudkan sebagai ibukota politik, sejak zaman Hindia Belanda. Tapi kemudian memusatnya aktivitas ekonomi akibat praktik sentralisme masa Soekarno dan Soeharto, membuat segalanya menumpuk di Jakarta. Apalagi dengan adanya daerah2 industri di Jakarta dan sekitarnya.
Sebagai "ide gila", tentu saja kita harus menyambut positif prakarsa pemindahan ibukota dari Jakarta ini, akan tetapi secara realistis, kita harus melihat berapa besar biaya yang dibutuhkan. Kalau kita ingin memindahkan ibukota politik, berarti sebagian besar dana harus ditanggung pemerintah (membangun gedung baru, membangun sarana telekomunikasi dan transportasi, biaya pemindahan pegawai negeri).
Sedangkan kalau kita ingin memindahkan ibukota ekonomi, maka sebagian besar biaya ditanggung swasta dan kemungkinan akan sulit sekali karena menyangkut biaya dan pemindahan ribuan buruh dari daerah Jakarta. Jangan lagi dihitung kepusingan jika kita memindahkan ibukota as awhole, ibukota politik dan ekonomi sekaligus, tentu
sangat berat. Barangkali bisa dipikirkan alih2 memindah ibukota tapi membuat ibukota ekonomi kedua. Itu kalau mau di luar Jawa. Kalau mau memindah ibukota lebih baik yang dekat2 Jakarta saja, misalnya Jonggol atau Cirebon, itu lebih feasible. Ibukota ekonomi kedua di Palangkaraya atau Makassar bisa diwujudkan dengan memusatkan keputusan2 penting ekonomi di sana.
Pertanyaan soal pemindahan ibukota barangkali juga berkaitan dengan isu pemerataan kemakmuran. Padahal pemerataan pendapatan membutuhkan pemerataan produksi. Perlu dipikirkan agar produksi nonmigas dari luar Jawa paling tidak sama atau lebih dari produksi nonmigas pulau Jawa.

Salam,
Nano, Munich

No comments: